Allah menciptakan manusia memiliki potensi akal dan pikiran sebagai
bekal untuk hidup di dunia. Melalui akal dan pikiran tersebut, manusia
dapat memahami dan menyelidiki elemen-elemen yang terdapat di alam serta
memanfaatkannya untuk kesejahteraan mereka. Akal dan pikiran tersebut
merupakan kelebihan dan keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepada
manusia sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al Isra 70:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,
Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Manusia juga diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di muka Bumi
dengan kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan makhluk ciptaan Allah
lainnya di alam ini. Ketika Allah dalam firman-Nya di Q.S. Ar Ra’du 2
memilih kata ”sakhkhara” yang berarti ”menundukkan” atau ”merendahkan”,
hal tersebut menunjukkan bahwa alam dengan segala manfaat yang dapat
diperoleh darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang
posisinya berada di bawah manusia.
اللّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأَجَلٍ مُّسَمًّى يُدَبِّرُ الأَمْرَ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لَعَلَّكُم بِلِقَاء رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Artinya: Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang
(sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy,
dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga waktu
yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan
Tuhanmu.
Dengan demikian, dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan memanfaatkan alam yang ”ditundukkan” oleh Allah untuk manusia,
manusia hendaknya memahami konsep dan tugasnya sebagai khalifah di Bumi.
Manusia jangan sampai “ditundukkan” oleh alam melalui nilai-nilai
materialistik dan keserakahan karena sesungguhnya hal tersebut melanggar
kodrat manusia yang diberikan oleh Allah.
Arah Pengembangan Teknologi
Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, umat Islam hendaknya
memiliki dasar dan motif bahwa yang mereka lakukan tersebut adalah
untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan di dunia sebagai jembatan
untuk mencari keridhaan Allah sehingga terwujud kebahagiaan di dunia dan
di akhirat. Allah berfirman dalam Q.S. Al Bayyinah 5:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat;
dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
Kondisi Umat Islam dalam Perkembangan Iptek Saat Ini
Terhambatnya kemajuan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi saat ini disebabkan umat Islam tidak memahami konsep dan
mengoptimalkan fungsinya sebagai khalifah di Bumi. Seharusnya, dengan
memahami konsep dan fungsinya sebagai khalifah di Bumi, umat Islam mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menguasai dan
memanfaatkan alam demi kebahagiaan di dunia dan akhirat. Terlebih lagi,
umat Islam adalah umat pilihan Allah yang dianugerahi iman dan petunjuk
berupa Al Quran dan sunnah rasul.