BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam merupakan agama yang benar di sisi Allah SWT. Dalam Al-Quran surat
pun telah dijelaskan tentang kebenaran dan kesempurnan Islam. Allah
telah menurunkan Al-Quran sebagai kitab umat Islam yang menyempurnakan
kitab-kitab sebelumnya yang sudah tidak sesuai dengan zaman. Berbeda
dengan kitab Allah yang lain, Al-Quran berlaku sepanjang masa bagi
seluruh umat manusia, bukan hanya khusus bagi satu kaum saja. Allah juga
menjaga keaslian dan kemurnian Al-Quran dari kepalsuan yang dapat
merubah isi asli dari Al-Quran.
Melihat fakta itu, sudah sepantasnya Al-Quran dijadikan pedoman dan
penuntun hidup dalam menjalankan keseharian oleh umat Islam sedunia.
Dalam kitab inipun telah tercantumkan segala pengetahuan tentang alam
semesta. Proses terjadinya alam dan gambaran kehancuran dunia ketika
kiamat. Al-Quran mencakup seluruh aspek kehidupan makhlik di dunia,
tenteng syariat, perintah dan aturan-aturan hidup yang bersumber
langsung dari kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada nabi Muhammad.
Segala macam ilmu pengetahuan terkini telah tercantum dalam Al-Quran.
Tak terkecuali tentang IPTEKS yang saat ini telah banyak dikembangkan
manusia. Semua itu hakikatnya bersumber dari kitab Allah yang suci.
Karena itulah, penulis tertarik menyingkap tentang ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, dengan merujuk pada ayat-ayat Allah yang tercantum
dalam Al-Quran. Bagaimana pandangan Al-Quran terhadap IPTEKS yang
semakin berkembang dewasa ini.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, didapatkan beberapa rumusan masalah, antara lain :
1.2.1 Bagaimana konsep IPTEKS dalam Islam?
1.2.2 Bagaimanakah integrasi antara ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam
islam?
1.2.3 Apa sajakah keutamaan orang yang berilmu?
1.2.4 Apakah tanggung jawab bagi manusia yang berilmu untuk alam semesta?
BAB II
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI
MENURUT CARA PANDANG ISLAM
2.1 Konsep IPTEKS dalam Islam
a. Definisi IPTEKS Menurut Para Ahli
IPTEKS adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat di
zaman modern ini dan yang berguna bagi seluruh makhluk hidup. Bila di
pisahkan tiap unsurnya, makna ipteks dapat berbeda tiap kata. Ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni merupakan hal yang berbeda namun satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pertama, ilmu pengetahuan. Menurut
sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dan ilmu sangat berbeda
maknanya.
Dalam kitab Ihya' Ulumuddin, Al Ghazali berpendapat bahwa ilmu terbagi
ke dalam dua bagian, yaitu ilmu yang berkaitan dengan aqidah dan ibadah
wajib, dimana setiap orang wajib mendalaminya dan ilmu yang berkaitan
dengan ruang public, misalnya ilmu kedokteran, ilmu sosiologi, ilmu
komputer, dan lain-lain, yang tidak semua orang wajib mempelajarinya.
Menurut Afzalur Rahman dalam Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Quran, Ilmu
dapat menggapai Sang Pencipta melalui observasi yang teliti dan tepat
tentang hukum-hukum yang mengatur alam.
Konsep ilmu sendiri menurut Al Quran telah dijelaskan dalam Qs. Ali
Imran ayat 190-191 yang artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya siang dan malam, terdapat tanda-tanda
bagi orang yang berakal. (Yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan
penciptaan langit dan bumi".
Sedangkan definisi pengetahuan menurut etimologi berasal dari kata dalam
bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy,
definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Secara terminologi,
pengetahuan di definisikan sebagai segenap apa yang manusia ketahui
tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya ilmu, seni dan agama.
Pengetahuan ini merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung
dan tak langsung memperkaya kehidupan kita.
Ketiga adalah teknologi. Menurut ahli sosiologi Manuel Castells seperti
dikutip Capra (2004, 107) mendefinisikan teknologi sebagai kumpulan
alat, aturan dan prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah
terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan
pengulangan. Teknologi bagai pisau bermata dua. Memiliki dampak positif
dan negatif. Dampak positif nya dapat memberi kemajuan dan kesejahteraan
bagi manusia, sedangkan dampak negatif nya adanya ketimpangan dalam
kehidupan manusia yang dapat menimbulkan kehancuran alam semesta.
Yang keempat adalah seni. Seperti ilmu, pengetahuan dan teknologi,
berbagai definisi seni telah banyak di kemukakan oleh para ahli. Seni
berasal dari bahasa latin dari kata Ars atau Art (Inggris) yang artinya
kemahiran. Ada juga yang mengatakan kata seni berasal dari bahasa
Belanda yang artinya jenius. Sementara kata seni dalam bahasa Indonesia
berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujaan. Dalam bahasa
tradisional jawa, seni artinya Rawit atau pekerjaan yang rumit.
Menurut Ahdian Karta Miharja, seni adalah kegiatan rohani yang
merefleksikan realitas dalam suatu karya yang bentuk dan isinya
mempunyai untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohaninya
penerimanya, sedangkan menurut KI Hajar Dewantara seni adalah segala
perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah, hingga
menggerakan jiwa perasaan manusia.
b. Syarat-syarat Ilmu
Ilmu memiliki tiga dasar yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Dasar ontologi ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji
oleh panca indera manusia. Dalam kata lain memiliki objek studi yang
jelas. Objek studi harus memiliki batasan yang jelas, dapat
diidentifikasi dan dersifat esensial. Ada dua jenis objek studi, yaitu
objek material adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran
atau penelitian ilmu. Menurut Surajiyo dkk. obyek material dimaknai
dengan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan. Obyek material juga berarti hal yang diselidiki, dipandang
atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Obyek material mencakup apa saja,
baik yang konkret maupun yang abstrak, yang materil maupun yang
non-materil. Bisa pula berupa hal-hal, masalah-masalah, ide-ide,
konsep-konsep dan sebagainya. Sedangkan objek formal adalah
pendekatan-pendekatan secara cermat dan bertahap menurut segi-segi yang
dimiliki obyek materi dan menurut kemampuan seseorang. Obyek formal
diartikan juga sebagai sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari
penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut pandang darimana
obyek material itu disorot. Obyek formal suatu ilmu tidak hanya
memberikan keutuhan ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari
bidang-bidang lain.
Epistemologi atau teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang berurusan
dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian
dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai
pengetahuan yang dimiliki. Atau dapat dikatakan bidang studi yang
bersangkutan memiliki metode kerja yang jelas. Ada tiga metode kerja
suatu bidang studi, yaitu metode induksi yaitu metode yang menerangkan
perbedaan tentang menyatakan yang umumnya dalam alam atau dalam
masyarakat. Jalan yang dipakai terhadap alam luaran, yaitu jalan
memperbandingkan dan jalan experiman. Metode ini diawali dengan
mengumpulkan bukti lalu mencari kebenarannya. Kebenaran yang disebut
hukum social tidak dapat diketahui dengan percobaan, seperti yang dapat
dilakukan dengan barang-barang di alam atau dengan menetapkan sifat
satu-satunya penyakit. Kebenaran hukum social diterima sebab terasa
umumnya . Metode yang kedua adalah metode deduksi. Metode ini menetapkan
kebenaran dari metode induksi. Diawali ketika manusia menerima
kebenaran, lalu diuji dengan memeriksa keadaan. Dan yang terakhir adalah
metode enduksi.
Dasar aksiologi berarti sebagai teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh, seberapa besar sumbangan ilmu
bagi kebutuhan umat manusia. Ilmu tersebut harus dapat menunjukkan nilai
teoritis, hukum, generalisasi, kecenderungan umum dan konsep yang tidak
mengandung kerancuan.
c. Sumber Ilmu Pengetahuan
Dalam pandangan Islam, ada dua sumber ilmu pengetahuan, yaitu akal dan
wahyu. Keduanya tidak dapat dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan
dalam mengembangkan akalnya berdasarkan Al Quran dan Sunnah Rasul. Atas
dasar pemikiran Islam, ilmu ada yang bersifat abadi dengan tingkat
kebenaran yang bersifat mutlak karena sumbernya berasal dari wahyu Allah
SWT dan ada ilmu yang bersifat perolehan tingkat kebenaran bersifat
relatif karena bersumber dari akal manusia.
2.2 Integrasi Iman, Ilmu, Teknologi dan Seni
Dalam pandangan Islam, agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
membentuk sebuah integrasi yang disebut dinul Islam, yang mengandung
tiga unsur pokok, yaitu akidah, syari'ah dan akhlak. Dalam Qs. Ibrahim
ayat 24-25, Allah berfirman: “Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (Dinul Islam) seperti
sebatang pohon yang baik. Akarnya kokoh (menghujam ke bumi) dan
cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan buahnya setiap
musim atas izin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia agar mereka selalu ingat”.
Ayat tersebut menggambarkan tentang ilmu yang diperumpamakan seperti
sebatang pohon yang baik, iman adalah akarnya yang menopang tegaknya
ajaran Islam. Ilmu diumpamakan seperti batang pohon yang mengeluarkan
cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon
yang diperumpamakan dengan teknologi dan seni.
2.3 Keutamaan Orang yang Beriman dan Berilmu
Dalam Qs. Al Mujadalah ayat 11, Allah berfirman yang artinya: “Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. Orang yang berilmu
mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan masyarakat.
Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelar mulia dan
terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka
di sisi Allah SWT dan makhluk-Nya.
Menurut Ibnu Katsir, Allah SWT menyandingkan diri-Nya dengan para
malaikat dan orang yang berilmu hal tersebut adalah suatu penghormatan
agung kepada orang-orang yang berilmu. Golongan berilmu ini amat
istimewa di sisi Allah SWT . Mereka diangkat sejajar dengan para
malaikat yang menjadi saksi Keesaan Allah SWT. Mereka memikul amanah
Allah SWT karena mereka adalah pewaris para nabi.
2.4 Tanggung Jawab Ilmuwan terhadap Lingkungan
Bumi diciptakan oleh Allah sebagai tempat bernaung bagi manusia. Allah
juga menciptakan hewan, tumbuhan dan makhluk lain untuk kepentingan
manusia. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna, yang ditakdirkan
sebagai khalifah di bumi. Sudah sepatutnya pemberian dari Allah ini
dijaga dengan sebaik-baiknya.
Tanggung jawab manusia ini akan lebih berat, dikhususkan kepada mereka
yang berilmu. Mengelola bumi ini harus dengan ilmu. Pengelolaan bumi
yang tanpa kecerdasan hanya akan melahirkan eksploitasi. Para ilmuwan
mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan mencegah
bumi dari kerusakan. Manusia diberi kebebasan untuk mengeksplor sumber
daya alam dan memanfaatkannya untuk kepentingan seluruh umatnya. Namun
mereka harus sadar bahwa kekayaan alam ini terbatas dan suatu saat nanti
akan habis bila digunakan secara berlebihan dan tidak bertanggung
jawab.
Dalam Qs. Ar Rum ayat 41 Allah berfirman: “Telah tampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka segera kembali ke jalan yang benar”.
Dari ayat Allah tersebut, dapat di simpulkan bahwa Allah mengamanatkan
alam semesta kepada manusia untuk dijaga kelestariannya. Namun akibat
dari perbuatan manusia, khususnya yang memiliki ilmu lebih untuk
mengeksploitasi alam, kini banyak terjadi bencana dan kerusakan baik di
barat maupun di laut.
Tanggung jawab kita untuk menjaga alam ini agar tidak menimbulkan
kerusakan yang lebih dahsyat lagi. Karena sesungguhnya dengan ilmu
pengetahuan dan kemajuan teknologi saat ini, manusia mampu memperbaiki
segala kerusakan yang telah terjadi, dengan izin Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Ipteks sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia. Ipteks
menghubungkan antara kekuasaan Allah dengan akal pikiran manusia dan
ilmu pengetahuan merupakan anugrah dari Allah yang diberikan kepada
manusia untuk menjalankan peranannya sebagai khalifah di bumi.
2. Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berintegrasi dalam satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, bagaikan sebatang pohon yang baik
3. Orang yang berilmu dan beriman dengan ilmunya akan diangkat derajatnya oleh Allah, baik di dunia maupun di akhirat
4. Alam dan isinya ini merupakan tanggung jawab besar bagi manusia,
untuk dieksplor sumber dayanya dengan cara yang bijak dan efektif untuk
menjaga keseimbangan alam dan mencegah kerusakan alam yang dapat
membinasakan seluruh makhluk.
3.2 Saran
1. Bagi para ilmuwan, sebaiknya menggunakan segala kekayaan alam untuk
kepentingan umat manusia dengan didasari iman dan ketakwaan kepada Allah
dan memanfaatkannya dengan bijaksana
2. Bagi masyarakat luas, turut membantu dalam menjaga kelestarian alam,
mulai dengan hal-hal kecil yang sangat mudah untuk dilakukan, misalnya
dengan membuang sampah pada tempatnya.
Daftar Pustaka
• ajidedim.wordpress.com/teknologi-islami/technology/
• Besung, I Nengah Kerta.2006.Perbedaan Ilmu denganPengetahuan Ditinjau dari Filsafat Ilmu
• cahyaulumuddin.multiply.com/journal/item/19
• daniuciha90.blogspot.com/.../definisi-iptek-lingkungan-dan.html
• metodeilmu.blogspot.com/
• rheartlova.blogspot.com/.../pengertian-seni-istilah-seni-pada.html
• saiful-jihad.blogspot.com/2009/.../vi-ipteks-dalam-islam.html
• www.anneahira.com/ilmu/konsep-ilmu.htm